Kalau bicara Timnas, satu pertanyaan yang sering muncul adalah: “Kapan terakhir kita punya striker lokal yang tajam banget?” Dulu kita punya Bambang Pamungkas, Ilham Jayakesuma, sampai Boaz Solossa. Tapi sekarang?
Realitanya, kita sering ngandelin pemain naturalisasi atau winger yang dipaksa jadi striker. Padahal, posisi penyerang itu krusial banget. Harusnya Indonesia bisa cetak striker murni yang buas di depan gawang.
Masalahnya bisa jadi dari sistem pembinaan usia dini. Banyak akademi yang fokus ke pemain tengah atau bek, sementara posisi striker sering diisi asal-asalan. Padahal insting gol itu bisa dilatih dari kecil.
Belakangan ini, Ramadhan Sananta mulai menunjukkan tanda-tanda positif. Fisiknya kuat, finishing-nya oke, dan punya mental yang nggak gampang down. Tapi dia butuh lebih banyak jam terbang dan kepercayaan.
Klub-klub juga harus kasih panggung buat striker muda. Jangan terlalu tergantung sama pemain asing. Kalau striker lokal terus-terusan jadi cadangan, kapan bisa berkembang?
Media juga berperan, lho. Pemberitaan yang positif dan sorotan ke talenta muda bisa bantu naikin kepercayaan diri pemain. Jangan cuma bahas yang viral aja, tapi juga beri ruang buat talenta yang sedang naik daun.
Indonesia butuh predator di kotak penalti. Dan itu bisa datang dari anak-anak muda sekarang, asal diberi kesempatan dan bimbingan yang tepat.